
Madrid— Kata matador segera memanggil bayangan seorang penunggang adrenalin bersetelan emas, berdiri hanya sejengkal dari tanduk banteng. Tetapi sebelum menjadi ikon pop, “matador” adalah hasil proses berabad-abad—sebuah seni pertunjukan yang berubah-ubah, kadang dibela sebagai warisan budaya, kadang ditentang karena kekerasannya. Untuk memahami figur matador, kita perlu menyisir tiga hal: siapa ia dalam hierarki bullfighting, dari mana bentuk modernnya muncul, dan di mana tradisinya bersemi.
Siapa “matador” itu?
Dalam bahasa Spanyol, istilah payung untuk para petarung banteng adalah torero. Di dalamnya ada peran-peran berbeda: picador (berkuda dengan tombak), banderillero (penyemat banderillas), dan matador—sang bintang yang memimpin cuadrilla serta mengeksekusi penutup pertarungan. Status “matador de toros” sendiri baru sah setelah si novis melewati upacara alternativa; sebelum itu ia disebut novillero. Secara etimologis, matador bersumber dari kata kerja matar (membunuh)—karena memang ia yang melakukan estocada, tusukan penutup. Istilah toreador kerap muncul di budaya populer (mis. opera Carmen), tetapi dalam praktik kontemporer Spanyol yang lebih tepat adalah torero; dan untuk penunggang kuda digunakan rejoneador. Madrid Bullfighting Encyclopedia Britannica
Dari mana bullfighting “modern” bermula?
Asal-usul praktik “berhadapan dengan banteng” di Semenanjung Iberia punya banyak akar—dari pertunjukan berkuda era Moor hingga tradisi abad pertengahan—namun bentuk corrida modern secara luas ditautkan ke kota Ronda (Andalusia) pada abad ke-18. Di sanalah keluarga Romero memelopori gaya Rondeño. Nama yang paling sering disebut: Francisco Romero (sekitar 1700–1763), yang secara luas dikreditkan memperkenalkan estoque (rapier) dan muleta (kain merah kecil) sekitar 1726—peralihan penting dari duel berkuda ke tauromachy di atas kaki. Putra dan cucunya, terutama Pedro Romero, menyempurnakannya dan mengangkat “kerajinan” ini menjadi tata gerak klasik yang kita kenal sekarang. Encyclopedia Britannica Spain Traveller
Arena: dari Ronda ke Mexico City
Jika Anda mencari “kampung halaman” corrida, semua jalan mengarah ke plaza de toros—arena bundar tempat ritus berlangsung. Ronda dikenal luas sebagai salah satu bullring tertua di Spanyol yang selesai pada 1784–1785 (setelah insiden ambruk tribun pada peresmian pertama), dan unik karena dibangun seluruhnya dari batu serta kerap disebut ber-rueda (lantai pasir) paling lebar. Seville memulai pembangunan bullring-nya lebih awal (1761), sehingga perdebatan “siapa paling tua” kerap muncul; namun Ronda sering disebut sebagai tuan rumah corrida formal pertama era modern. Ronda Today
Di sisi lain Atlantik, Plaza México di Mexico City—dengan kapasitas kira-kira 55.000 penonton—mencatat rekor sebagai bullring terbesar di dunia. Sementara itu, Las Ventas (Madrid) dan Real Maestranza (Seville) dianggap panggung paling prestisius bagi para matador; dan Ronda tetap dipuja karena nilai historisnya. Encyclopedia Britannica
Banteng, warna merah, dan “ingatan”
Banyak mitos menempel pada banteng. Satu yang paling populer: “banteng membenci warna merah.” Secara fisiologis, sapi/banteng buta warna; yang memicu serangan adalah gerak kain, bukan warnanya. Tradisi memilih muleta merah lebih karena efek visual—menutupi noda darah dan memperkuat dramatika. Dari sisi pemeliharaan, banteng-banteng pertarungan dibesarkan di ganadería (ranch) khusus; ada garis trah masyhur seperti Miura, yang reputasinya mengerikan bagi banyak matador. Banteng tidak pernah dipakai dua kali—memori dan pembelajaran membuat pertarungan selanjutnya terlalu berbahaya dan merusak nilai “tari-kain” yang jadi inti tontonan. Encyclopedia Britannica
Struktur pertarungan: tiga tercios dan sebuah upacara
Satu corrida lazimnya melibatkan tiga matador, masing-masing menghadapi dua ekor banteng—total enam lidia (sesi). Urutan tampil mengikuti senioritas (tanggal alternativa). Pertarungan dibagi tiga babak—tercio de varas (picador), tercio de banderillas, dan tercio de muerte (fase akhir dengan muleta hingga estocada). Upacara paseíllo membuka acara; sementara alternativa dan confirmación memberi struktur karier—yang terakhir lazimnya berlangsung di Las Ventas (Madrid). Spain Traveller
Bahasa gerak: dari verónica ke estocada
Teknik kain bukan aksesori; ia adalah bahasa tubuh. Gerakan klasik verónica (sapu dua tangan di depan tubuh), media verónica (setengah putar), natural (satu tangan—ekspos tubuh maksimum), chicuelina (putar di tempat saat banteng lewat), hingga gaonera (kain di belakang punggung; dipopulerkan maestro Meksiko Rodolfo Gaona) membentuk alur “tarian” yang menuntun banteng menuju posisi akhir. Rangkaian puncak disebut faena, dan klimaksnya adalah estocada—tusuk lurus ke sasaran vital; ketepatan upaya pertama sering jadi ukuran keindahan sekaligus kompetensi. BullBalcony
Ikon yang membentuk mitologi: Manolete
Sulit menyebut daftar pendek matador legendaris—tetapi nama Manolete (1917–1947) selalu muncul di tiga besar. Gaya dingin, hemat gerak, dan kedekatan ekstrem dengan tanduk membuatnya kultus nasional pada 1940-an. Ia wafat setelah ditanduk Islero (banteng trah Miura) di Linares pada 29 Agustus 1947—peristiwa yang mengguncang Spanyol dan meneguhkan etos la fiesta brava dalam imajinasi publik. Encyclopedia Britannica
Kapan—dan di mana—“pertama kalinya” berlangsung?
Pertanyaan “di mana pertama kali bullfighting diadakan?” tak punya satu jawaban tegas. Sejarawan sepakat tradisi Iberia menyerap banyak pengaruh, tetapi format modern berjalan kaki dengan muleta dan estoque—yang menjadi ciri matador masa kini—mengemuka di Ronda lewat keluarga Romero sejak awal 1700-an. Fakta bahwa Ronda menuntaskan arena “batu penuh” pada 1784/1785 dan menggelar corrida awal yang monumental (mempertemukan Pedro Romero dan Pepe Hillo) kerap membuatnya dijuluki “tempat lahir” bullfighting modern, seraya mengakui Seville memulai pembangunan lebih awal. Singkatnya: *pertama” sebagai bentuk modern cenderung menunjuk Ronda; “tertua” sebagai kronologi konstruksi dapat mengundang nuansa perbandingan dengan Seville. Ronda Today
Catatan etika dan lanskap hari ini
Seiring waktu, corrida menghadapi kritik etik dan regulasi. Namun sebagai objek kajian budaya, ia tetap menyeberang batas negara: Spanyol, Portugal, Prancis (selatan), hingga Amerika Latin. Arena berubah jadi museum, festival bertahan sebagai memori kota, dan perdebatan soal pelestarian vs. pelarangan berjalan paralel. Angka bullring di Spanyol pada awal abad ke-21 diperkirakan ratusan, dari yang kecil di desa hingga kompleks besar di ibukota—sebuah ekosistem yang, suka tidak suka, menandai lapis penting sejarah sosial Iberia. Encyclopedia Britannica
Glosarium mini (agar tidak nyasar)
- Matador de toros — pemimpin tim, eksekutor estocada. Madrid Bullfighting
- Torero — istilah umum untuk semua pelaku bullfighting. Encyclopedia Britannica
- Alternativa / confirmación — upacara menjadi matador; konfirmasi biasanya di Las Ventas. Spain Traveller
- Verónica, natural, chicuelina, gaonera, faena, estocada — kosakata gerak dan klimaks laga. BullBalcony
- Plaza México / Las Ventas / Maestranza / Ronda — lanskap ikonik: terbesar–prestisius–bersejarah. Encyclopedia Britannica
- Corrida – istilah bullfighting Vocabulary
Penutup
Menyebut “matador” berarti menyebut bahasa tubuh, tata upacara, dan lapisan sejarah yang tebal—dari Ronda di Andalusia hingga Las Ventas di Madrid dan Plaza México yang kolosal. Ia lahir dari persilangan tradisi, disempurnakan oleh keluarga Romero, dimitologikan oleh figur seperti Manolete, dan terus dibaca ulang—baik sebagai seni pertunjukan, atau sebagai kontroversi moral. Apa pun posisi kita, memahami konteksnya membantu melihat mengapa nama “matador” punya daya gaung sepanjang zaman. Britannica